Dua Patung Penambang yang Sedang Bercakap-cakap

 

Dua Patung Penambang yang Sedang Bercakap-cakap

Di sebuah kota tambang yang terkenal dengan produksi batu bara dan bijih logam, terdapat dua patung penambang yang selalu berdiri di sebuah taman kota. Keduanya sudah berdiri di situ selama bertahun-tahun, dan seakan menjadi objek wisata yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan yang berkunjung ke kota itu.

Suatu hari, ketika taman sedang sepi, kedua patung penambang itu seolah hidup dan mulai berbicara satu sama lain.

"Hey, kau tahu apa yang terjadi kemarin malam?" tanya patung penambang pertama.

"Apa?" jawab patung penambang kedua.

"Ada seorang turis yang memanjat dan duduk di atas kepala kita! Bayangkan betapa sakitnya itu!" keluh patung penambang pertama.

"Benarkah?" tanya patung penambang kedua dengan terkejut. "Lalu, apa yang kau lakukan?"

"Tentu saja aku tidak bisa bergerak atau bicara pada saat itu," jelas patung penambang pertama. "Aku hanya bisa berpikir, 'Semoga turis itu segera turun dari atas kepala kita'."

"Ha!" kata patung penambang kedua sambil tertawa. "Aku rasa kita perlu memperbaiki posisi kita sedikit. Sepertinya kita tidak aman di sini."

"Dari mana kita bisa bergerak? Kita hanya patung," jelas patung penambang pertama dengan sedih.

"Tenang saja," kata patung penambang kedua sambil memberikan saran. "Aku punya ide. Besok, ketika orang-orang sedang tidur, kita bergantian menggali lubang di bawah kita. Kita bisa bergantian tidur di dalam lubang tersebut dan menghindari risiko terkena ulah turis nakal."

"Wah, itu ide yang bagus!" puji patung penambang pertama.

Sejak saat itu, kedua patung penambang itu bergantian menggali lubang di bawah kaki mereka dan tidur di dalamnya setiap malam. Mereka merasa lebih aman dan tenang setelah mengambil tindakan tersebut.

Ketika pagi tiba dan orang-orang mulai berdatangan ke taman, kedua patung penambang itu kembali menjadi patung dan terlihat sama seperti sebelumnya. Namun, mereka tahu bahwa di malam hari, mereka bisa bergantian bercakap-cakap dan merencanakan cara untuk tetap aman dari ulah para turis nakal.

Kedua patung penambang itu terus bercakap-cakap dengan riang. Mereka seolah-olah hidup dan merasa seperti manusia sungguhan yang sedang bertukar cerita. Orang-orang yang melintas di dekat patung-patung itu tidak bisa menahan tawa saat mendengar percakapan lucu antara kedua patung itu.

"Sudah berapa lama kita berdiri di sini?" tanya patung pertama.

"Ratusan tahun, saya kira," jawab patung kedua.

"Masya Allah, lama sekali," sahut patung pertama. "Saya merasa kakiku sudah kaku dan pegal."

"Kalau kamu merasa pegal, bagaimana dengan saya? Tubuh saya sudah kaku sejak dulu," celetuk patung kedua.

Mereka berdua saling pandang dan tertawa. Tiba-tiba, patung pertama mengajukan pertanyaan serius. "Kenapa ya kita harus berdiri di sini? Apa arti dari keberadaan kita?"

Patung kedua berpikir sejenak dan kemudian berkata, "Mungkin kita berdiri di sini untuk menghibur orang-orang yang melewati jalan ini. Kita memberikan warna di tengah-tengah kesibukan dan kepenatan mereka."

"Ah, itu mungkin benar," sahut patung pertama.

"Mereka bahkan memberikan kita pakaian khusus agar kita terlihat lebih menarik," tambah patung kedua.

"Sudah sering kuminta baju baru, tapi tak kunjung dikabulkan," keluh patung pertama.

"Aku tahu, mereka sering kali lupa untuk merawat kita. Padahal, kita juga butuh perawatan," kata patung kedua.

"Sudahlah, kita tetap bersyukur dengan keadaan kita sekarang. Kita bisa menghibur orang lain dengan senyum dan lelucon kita," kata patung pertama.

Keduanya kembali tertawa. Beberapa orang yang lewat di dekat patung-patung itu ikut tertawa tanpa tahu sebabnya.

Tiba-tiba, ada seorang anak kecil yang mendekati patung-patung itu. Ia menunjuk patung kedua dan bertanya, "Mama, kenapa si pria ini tidak bisa bergerak?"

Ibu anak itu menjawab dengan sabar, "Karena dia adalah patung, Nak. Dia hanya bisa berdiri di sini saja."

"Kok aneh ya, Mama?" tanya anak itu.

"Ya, memang sedikit aneh. Tapi dia dibuat begitu agar orang-orang bisa melihat dan menghargai karya seni yang indah," jelas ibu anak itu.

Kedua patung penambang itu merasa senang karena orang lain bisa menghargai keberadaan mereka. Mereka berdua tahu bahwa mereka mungkin hanya sebuah benda mati, tetapi mereka bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain.

Saat matahari mulai tenggelam, tiba-tiba mereka berdua berkata, hampir bersamaan, "Aku merasa lelah. Aku harus kembali ke tempat tidurku."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saat Lima Teman Lama Bertemu di Jalan

Email yang Tak Pernah Dibalas

Senyum 4 Orang Polisi